Terkadang, setelah kita memiliki, atau bahkan baru merencanakan terjun ke lighthing fotografi, kebutuhan dasarnya (basic needs) lampu minimal 2 titik, beserta stand, sofbox dan payung yg juga sepasang. bahkan banyak yg lampunya lebih dari 3 titik sudah dimiliki.
Seringnya kita lupa mengkategorikan peralatan pendukung selanjutnya sebagai basic needs atau luxuries needs ?
contoh : trigger lampu studio kita. masuk kedalam kategori apa ?
barang pokok yg mendasar atau kebutuhan yg bersifat lux ?
"sebelum kita membayangkan lampu studio kita sudah tertata apik, namun trigger tidak ada...wkwkwkwk
yuk kita kupas sedikit mengenai trigger lampu studio ?"
Kalau melihat dari jenis kamera kita. Terdapat flash built in (pop up flash)
dan flash eksternal kita...
Kedua flash kamera kita ini bisa dalam kondisi manual power dan auto power (bahkan TTL), program mendeteksi situasi cahaya yg ada, kemudian mengisi dgn cahaya dari flash eksternal anda secara "pas menurut program".
Flash kamera ini dalam bantuannya untuk memicu lampu studio, harus ter set manual.
Tidak boleh TTL. Jika ter set "auto" atau TTL. Memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam (lihat arah cahaya yg jatuh kemodel, pasti dari arah anda) coba taruh lampu studio disamping model.
Cek pas saat flash ada auto or TTL, adakah arah cahaya dari samping ?
Tentunya tidak, karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya. Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita cahaya dari arah depan (dari flash eksternal kita).
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekan padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada), saat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala. Disitu pokok permasalahannya.
Jadi main studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
1. Internal Flash/flash built ini (pop up flash)
Umumnya kamera pada internal flashnya sudah ter set "auto" atau TTL. saya ulang kembali, memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam (lihat arah cahaya yg jatuh kemodel, pasti dari arah anda)
Untuk berjalan seiring sejauh ini hanya kamera seri Nikon yg bisa menset internal flashnya ke manual power.
Caranya (jika nikon) masuk ke menu setting, pilih flash mode, pilih manual (TTL off-kan) kemudian manual powernya set power terendah (1 = full dan 1/16 power terendah). Sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash eksternal kita ketika mentrigger
Cahaya frontal diarahkan keatas dan kebawah, sehingga cahaya jatuh ke model tidak flat, atau memakai acesories internal flash lainnya
Untuk kamera lain selain mayoritas nikon, yg tidak bisa menset internal flashnya ke posisi manual power, pakai saja flash eksternal anda atau trigger lainnya dibawah ini.
2. Flash Eksternal (manual & TTL)
Masuk kemenu setting pada flash body eksternal (contoh foto SB 800 Nikon) pilih manual power (TTL off), kemudian manual powernya set pada power terendah (angka besar) 1 = full power danbisa 1/32 yg paling rendah powernya. Sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash eksternal kita ketika mentrigger
Atau bisa dipakai eksternal flash accesories yg dapat menekan cahaya atau bahkan menambah jika perlu
Jika cahaya di tembak frontal kearah model yg dekat, dapat efek warna merah, karena sinar IR trigger...
ini lagi....IR trigger tidak di bounching ke atas, kena efek merah
Untuk jarak model yg dekat, bounching (arah keatas) IR trigger anda
Sehingga cahaya merah tidak mengganggu model
Untuk pemakaian IR trigger ini. Khusus kamera merk Sony yg memiliki hot shoe flash beda dgn yg umum (lihat posisi bottom), harus membeli hot shoe adapter terlebih dahulu, untuk membuat hotshoe sama dgn kamera umum (lihat posisi top) baru disini IR trigger bisa dipasangkan.
item dapat dibeli di blog ini
Dari ketiga jenis trigger diatas ini, kita stop dahulu, mengurai jenis trigger lainnya.
Ke 3 jenis trigger diatas mensensor lampu studio dgn sensor cahaya (slave). Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum. Disini tidak terjadi "lag" atau jeda. Semua serempak menyala (foto yg berbicara).
Perhatikan h. sycro contoller (foto bawah), samping bulat hijau, di body lampu berada dibelakang, berlogo "remote" ini lah sensor cahaya (slave/mata kucing) tertanam disetiap lampu secara umum. Jika tersinggung cahaya dia akan mentrigger lampu studio nyala flashnya.
Kalau lampu dibawah ini, posisi sensor slave diatas body, perhatikan h. sycro contoller
Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum. Disini tidak terjadi "lag" atau jeda. Semua serempak menyala.
Untuk didalam studio sangat mantap. Kita bisa kontrol lampu sendiri, pakai power flash trigger kita cahaya kecil, bisa nyaber, karena dinding dan atap turut memantulkan cahaya.
Namun dipublic area, gedung pertemuan atau acara wedding, trigger diatas sedikit memiliki kendala
Karena prinsip kerja ke 3 trigger diatas. "Flash dari kamera menyala, sekejap menyambar para flash studio melalui media slavenya".
Sangat diperlukan posisi flash trigger kita mengarah ke sensor slave lampu studio.
Silahkan diposisi mana saja, asal pancaran cahaya dari kamera kita, mesti mengena ditempat ditanamkan sensor slave lampu studio (biasanya dibelakang atau diatas lampu studio)
Jika lampu studio kita tidak nyala, sementara trigger kita nyala, maka cahaya dari kita tidak bersinggungan dgn sensor slave lampu studio.
Rubah posisi (siapa tahu anda membelakangi lampu) dan menggunakan prinsip pantulan (bounching) metode bola billiard, jika ingin cahaya dari kita kena ke sensor slave lampu studio (disamping sensor bisa ditaruh cermin kecil jika ingin membentuk perantara arah cahaya) jika menggunakan metode arah pantulan bola billiard.
Namun jika kondisi berkata lain ? makin sulit menyala di public area.
Perhatikan sekitar kita, biasanya ada lampu yg lebih terang didekat lampu studio kita.
Adanya lampu video ?
Sensor dilampu studio, slave (h. syncro controller) dekat bulat hijau, persisnya yg bulat hitam. Isinya telah penuh menyimpan sinar yg lebih keras, ketika disentuh cahaya flash kita, bermaksud untuk mentrigger, sensor tidak respon. Bego geto lo...Flash studio tidak akan menyala.
Hang sensor....solusinya, matikan lampu anda sekejap, test button (untuk nyalain test flash lampu studio) buang simpanan flash, selanjutnya buat pembatas untuk menahan cahaya keras lampu video, sensor tetap teduh. Sehingga cahaya kita bisa menyentuh sensor tersebut yg belum diresapi, dan tidak terkontaminasi dgn cahaya asing, dan trigger dibukakan atau dikondisikan pada akhirnya cahaya trigger cahaya kita menyentuh lampu slave pada ligthing tsb. Disini lampu studio kita dapat menyala.
Untuk trigger ke 1. Internal Flash diset manual, sedikit kamera yg bisa, jadi tidak dominan.
Untuk trigger ke 2. Flash eksternal
Keunggulannya :
1. Biasanya pemilik kamera sudah memiliki ini
2. Bisa membantu mengisi cahaya tengah (atas dgn bounching) suatu komposisi
3. Bisa mentrigger lampu studio saat di set manual, dan sigap mengejar liputan tanpa studio, dengan fasilitas TTL atau auto flash nya
Kelemahannya :1. Batterai boros, dibanding dgn ketersediaan lampu studio yg standby power dari aliran listrik
2. Setting kamera tidak tetap, bergerak turun seiring lemahnya batterai flash, sementara lampu studio, powernya tetap dengan energi listriknya
3. Kadang karena jarak jauh, kita menambah power flash eksternal untuk dapat menyentuh sensor lampu studio, power nambah, cahaya bocor juga ke obyek kita.
dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh. Kita tidak dapat mentrigger lampu studio kita.
4. Harganya mahal, bisa satu paket lampu studio yg ditawarkan di blog ini
cukup satu kita miliki ini, kalau lampu studio lebih dari 1 idealnya.
Untuk trigger ke 3. IR Trigger
Keunggulannya :
1. Batterai hemat, tahan lama, butuh power sedikit saja, karena itu, batterai ganti yg sudah mau habis di flash eksternal kita bisa untuk IR trigger ini...hehehe hemat
2. Karena hanya mengeluarkan flash merah kecil, ketahanan mekanikalnya simpel dan tahan lama jadinya
3. Bisa mentrigger lampu studio. Jika trigger lain sedang bermasalah
4. Cocok di studio, karena space ruang dan yg motret sedikit
Kelemahannya :
1. Jika obyek terlalu dekat, dan lupa bounching, kena efek merahnya
2. Kadang karena jarak jauh, kita tidak dapat menyentuh sensor lampu.
3. Kalau posisi fotografer membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh cahaya IR trigger. Lampu studio kita tidak respon. Flash tidak nyala.
Selain memiliki sensor slave yg tertanam dalam tubuhnya, lampu studio memiliki sensor lainnya, yaitu wireless, secara gelombang radio, atau sejenis itu
Bisa juga secara kabel sycro (yg kabel ini tidak dibahas)
Wireless/Radio Trigger ini masuk kedalam trigger ke 4
DC : Menggunakan batterai AA atau AAA, tergantung merk. Jika kita memiliki banyak jenis lampu, sebaiknya trigger ini yg dipakai, karena DC tidak memandang jenis dudukan socket power. Cukup tancap di lubang Sync Cable Socket.
Lihat Sync Cable Socket, disini dipasang receiver pakai jenis colokan yg kecil, untuk trigger AC pada lampu jumbo ini tidak bisa. Karena colokan powernya dudukan seri 2. Jadi jumbo juga mobillite outdoor yg colokan powernya beda cuma bisa memakai trigger seri DC.
Lihat Sync Cable Socket, disini dipasang receiver dengan jenis colokan yg besar, untuk trigger AC dan DC pada lampu ini bisa, karena colokan power socketnya seri 3, sementara dudukan AC sama.
DC juga untuk trigger mobillite (outdoor)
AC : Menggunakan energi listrik pada receivernya. Hemat, hanya lampu studio yg dudukan socket power 3 seri yg bisa menggunakannya
Secara fungsi AC dan DC sama.
Didalamnya terdapat channel radio, angka 1&2, yg harus kita buat formasi angka yg sama antara trigger dan receiver, agar saling mengenal, terdapat 1 dan 4 alternatif pilihan/channel.
Untuk pemakaian wireless/radio trigger ini. Khusus kamera merk Sony yg memiliki hot shoe flash beda dgn yg umum (lihat posisi bottom), harus membeli hot shoe adapter terlebih dahulu, untuk membuat hotshoe sama dgn kamera umum (lihat posisi top)
back to topic, selanjutnya....
Ketika posisi slave kita buat off (no 3 foto atas), jika ada fotografer lain yang memakai flash menyala, dia tidak dapat menyambar lampu studio kita, karena slave (mata kucing) sudah kita matikan. Yang bisa mentrigger hanya yg mencolok receiver wireless/radio trigger pada no. 7 lubang Sync.
Begitu juga jika ada cahaya keras luar yg meresap didalam sensor lampu studio kita, anda tetap dapat mentrigger dgn wireless/radio trigger. Karena terminal trigger telah kita pasangkan sebagai receiver, yg kita picu dari trigger yg sudah kita pasangkan di hot shoe kamera.
1 trigger ini bisa memicu semua receiver yg terpasang, dengan catatan, setting chanel telah kita seragamkan, dgn cara menset tombol angka yg sama pada masing-masing unit.
Jadi kelemahan pada trigger 1, 2 dan 3 pada pembahasan awal, dapat dipecahkan oleh wireless/radio trigger ini.
Pertanyaan baru muncul, Bagaimana jika lampu studio kita kebetulan tidak ada tombol on/off slave (no 3 foto atas). Kita ingin "mengunci" lampu biar tidak disambar orang lain yg menggunakan flash ?
Pasang receiver di setiap lampu anda dan lihat Syncro Controller, dekat lampu hijau atau pada lampu hitam dgn logo "remote". Tutup lampu sensor hitam itu pakai lakban/isolasi hitam (lampu sesor type lain bisa warna tranparant dan putih), kita tutup rapat, supaya tidak terlihat/tersembunyi dari cahaya flash asing yg mendekat.
Lanjutan Pertanyaan, Jika ingin mengunci dari orang yg menggunakan wireless/radio trigger yg kebetulan sama ?
Pindahkan formasi channel di receiver dan trigger anda, pada angka (channel) yg beda dgn lawan anda.
pilihannya ada di Rekap Produk
Sehingga trigger ke 4 ini, bisa dipakai untuk outdoor
lampu terpicu dengan menggunakan frekwensi/gelombang radio saya istilahkan, atau sejenis itu.
sehingga dari jarak jauh bisa disamber sensor lampu studio, dilampu dipasang receiver, dikamera kita dipasang trigger. Trigger & receiver yg kita pasang ini terkoneksi satu dgn lainnya.
Terlihat area atas wilayah lampu studio nyala cahaya putih, dan kuning area ambience, saya trigger dari aula atas gedung wedding
4. Wireless/Radio Trigger
Keunggulannya :
1. Area rentang luas, dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tetap tersentuh, pada terminal receiver yg sudah kita pasangkan. Kita dapat mentrigger lampu studio tsb, flash studio tetap nyala.
2. Jika kita memakai pada semua lampu studio kita, hanya kita sendiri yg dapat menguasai lampu dalam hal memicu cahaya keluar.
3. Bentuk Simpel
Kelemahannya :
1. Idealnya memiliki sebanyak lampu kita, jika punya cuma 1, lampu yg tidak pakai akan kena sensor secara cahaya, siapa saja yg menyalakan flash mereka (bahkan kamera pocket dgn flashnya), lampu studio kita kena sambar....waduh pusing wkwkwkwkwk
Kesimpulan
1. Jadi Kembali kepada teori kebutuhan, jika lighthing fotografi sebagai subyek
Trigger Studio merupakan kebutuhan primer (pokok) bersama lampu studio.
Sering orang menganggap triger adalah prioritas kedua bahkan selanjutnya dalam membeli peralatan studio.
Sebaiknya, trigger merupakan prioritas utama bersanding dgn lampu studio itu sendiri.
Idealnya setiap lampu mempunyai wireless/radio trigger, dgn back up flash internal, eksternal dan IR trigger.
2. IR trigger dan wireless/radio trigger tidak memandang merk, sifatnya universal. Bisa dipakai disemua lampu studio yg beredar dipasaran. Jadi tidak rugi untuk dimiliki.
3. Tombol-tombol indikator lampu diatas, hampir sama dgn semua merk lampu studio yg beredar umum didunia ini (jadi nggak masalah tread ini dipelajari oleh yg kebetulan punya lampu studio merk lain) feel free
4. Untuk motret studio, kamera harus bisa menset speed, diagframa dll secara manual (kamera SLR maupun Prosumer), dan memiliki hot shoe untuk dudukan flash/trigger, serta flash kameranya bisa diset manual juga
0 Response to "Alat-alat yg Penting untuk men-Trigger (memicu) Lampu Studio Kita"
Posting Komentar